Senin, 12 Oktober 2009
Khitan : Anjuran Abad 21
Sudah banyak ilmuwan meneliti manfaat khitan atau sirkumsisi. Temuan demi temuan melengkapi satu sama lain, kian membuktikan kebenaran ajaran Islam.
Baru-baru ini, ilmuwan Australia ikut menambah temuan manfaat khitan ini. Ia telah menemukan sel-sel langerhans dalam jumlah paling besar pada kulit bagian dalam dan paling ujung dari kemaluan pria. Sel-sel langerhans ini ditengarai sebagai sasaran awal penularan HIV melalui hubungan kelamin.
Nah, jika bagian ini dihilangkan (dipotong) maka otomatis peluang untuk tertulari virus HIV melalui hubungan intim akan semakin kecil.
Penelitian berikutnya dilakukan peneliti gabungan asal Amerika Serikat, Kanada, dan Kenya. Penelitian menunjukkan tak ditemukan perbedaan fungsi seksual antara mereka yang dikhitan dan yang tidak.
Namun, pria yang dikhitan dilaporkan mendapatkan keuntungan lebih banyak dibanding pria yang tak dikhitan. Misal, pria yang dikhitan menghadapi bahaya lebih rendah terkena cedera saat berhubungan badan dibandingkanrekan pria yang tidak dikhitan. Cedera meliputi pendarahan, tergores, teriris, lecet, atau rasa pedih.
Dalam konferensi internasional ke-25 tentang AIDS di Bangkok, Thailand, beberapa waktu lalu, diungkap juga bahwa khitan bisa mengurangi tingkat penularan HIV, sipilis, dan borok pada alat kelamin.
National Health Institute (NIH) mengorfimasi hubungan khitan dengan penurunan resiko penularan AIDS sekitar 50%. Penelitian secara massal dilakukan dua kali, yaitu di Kenya dan Uganda, dan hasilnya diumumkan pada tahun 2007. Lebih detilnya, NIH dan Safety Monitoring Board mencatat, penurunan risiko penularan HIV pada lelaki yang dikhitan di Kenya sebesar 53% dan 48% di Uganda.
Atas berbagai bukti tadi, Brian J. Morris,professor bidang ilmu kedokteran molekular di Fakultas Kedokteran Bosch Institute, menulis di sebuah jurnal yang isinya menganjurkan khitan sebagai pilihan abad ke-21.
“Mengapa khitan merupakan keharusan biomedis bagi abad ke-21,”demikian judul karya ilmiahnya di jurnal ilmiah Bio-Essays. Dalam tulisan itu Morris memaparkan panjang lebar seputar keampuhan khitan ditinjau dari sudut pandang ilmiah dan kesehatan disertai bukti ilmiah.
Salah satu yang menarik, meski , meski khitan mengurangi terjangkitnya virus HIV, namun pria berkhitan tetap jauh tidak aman dari virus HIV jika ia melakukan hubungan homoseksual.
Menurut Morris, khitan merupakan vaksin. Yakni, pemberian kekebalan tubuh melalui operasi kecil dalam rangka menangkal penularan beragam kuman penyakit, mencegah kondisi kesehatan yang buruk dan penyakit-penyakit berbahaya sepanjang hidup, serta melindungi pasangan mereka.
Ia juga mengatakan, mereka yang telah dikhitan tidak mudah terkena aneka penyakit seperti infeksi saluran kencing, HIV dan HPV, sipilis dan syankroid, kanker kelamin dan prostat, fimosis, infeksi jamur, dan pembengkakan kulit kelamin. Tak hanya pria yang beruntung. Pihak pasangan atau si wanitanya juga. Salah satunya, pria berkhitan memberi perlindungan terhadap pasangan wanita dari terjangkitnya penyakit kanker leher rahim dan infeksi Chlamydia.
“Oleh karena itu, bila mempertimbangkan bukti-bukti kedokteran yang berlimpah, khitan adalah (sesuatu yang) diperintahkan,”ujar Morris.
Bayangkan seandainya orang seperti Morris ini seorang Muslim atau setidaknya pernah mendengar sebuah Hadits dari Abu Hurairah Ra bahwa,”Lima hal yang termasuk fitrah yaitu mencukur bulu kemaluan, khitan, memotang kumis, mencabut bulu ketiak, dan memotong kuku.”(Riwayat Imam Bukhari dan Muslim), mungkin ia akan lebih beriman atau akan meyakini Islam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar